BAHAN DAN PROSES
Pendahuluan
Pemilihan material adalah
merupakan
salah
satu
langkah penting dalam
perancangan mesin. Jenis material apa yang sebaiknya
digunakan
untuk
komponen
tertentu? Ini adalah pertanyaan yang sangat dasar yang sering dihadapi perancang. Karakteristik apa saja yang harus dipertimbangkan
: kekuatannya? tahan
korosi? density? machine ability? dan
pertanyaan-pertanyaan lain-lainnya. Seandainya perancang telah mendapatkan jenis material yang cocok, biasanya masih
ada kendala-kendala lain yang harus dihadapi
seperti
misalnya harganya
mahal, material tidak
tersedia
di pasar.. dan kendala lainnya.
Kegiatan pemilihan material dan
proses
manufacturing/fabrikasi adalah
merupakan bagian yang terintegrasi dalam perancangan mesin.
Jadi kemampuan
dalam mengeksploitasi
potensi dan karakteristik serta sifat-sifat
material adalah essensial bagi insinyur perancangan mesin. Gambar 2.1
menjelaskan hubungan yang menunjukkan
integrasi antara
desain,
pemilihan
material dan
proses produksi dalam pengembangan peralatan mesin.
Gambar 1 Hubungan terintgrasi antara desain, material, dan proses produksi[ashbey]
Klasifikasi Material
Terdapat banyak
sekali
jenis material
yang
tersedia di alam. Di
dalam dunia teknik, material umumnya
diklasifikasikan
menjadi
lima
jenis yaitu : material logam, keramik, glass, elastomer, polymer,
dan material
komposit. Gambar 2.2 menunjukkan klasifikasi material teknik tersebut. Saat
ini penggunaan material logam dan berbagai
paduannya
masih mendominasi
bahan peralatan mesin. Contoh
:
engine dan
komponen-
komponennya 99% terbuat dari
logam. Penggunaan material komposit dan keramik untuk perlatan mesin pada akhir abad 20 mulai berkembang
cukup pesat. Contoh
: komposit untuk struktur pesawat terbang, struktur kapal cepat, pipa, tangki dll, sedangkan keramik digunakan untuk bearing, dan komponen tribologi lainnya. Mengingat saat ini
komponen mesin umumnya
terbuat dari logam maka dalam bab ini pembahasan
lebih fokus pada material logam dan paduannya.
Untuk memahami lebih jauh tentang material yang lain, pembaca disarankan membaca referensi dalam bab ini.
Gambar 2 Klasifikasi material
teknik[ashbey]
Sifat Mekanik
Material
Pemahaman yang menyeluruh mengenai
sifat-sifat material, perlakuan, dan
proses pembuatannya sangat penting
untuk
perancangan
mesin yang
baik.
Sifat
material umumnya diklasifikasikan menjadi sifat mekanik, sifat fisik, sifat kimiawi. Di dalam bab ini kita hanya membahas sifat-sifat mekanik.
Sifat mekanik secara umum ditentukan melalui pengujian destruktif dari sampel material pada kondisi pembebanan yang terkontrol. Sifat mekanik yang paling baik
adalah didapat dengan melakukan pengujian prototipe
atau
desain sebenarnya dengan
aplikasi
pembebanan yang sebenarnya.
Namun
data spesifik seperti
ini tidak mudah diperoleh sehingga
umumnya digunakan data hasil
pengujian standar
seperti
yang
telah dipublikasikan oleh ASTM (American Society of Mechanical Engineer).
Uji Tarik dan Tensile Strength
Spesimen
uji standar yang biasa
dipakai
ditunjukkan pada gambar 2.3. Batang
yang dipakai untuk pengujian material biasanya mempunyai
diameter standar do dan panjang ukur
standar lo.
Panjang ukur adalah panjang tertentu
sepanjang bagian yang berdiameter kecil dari spesimen yang ditandai
dengan dua takikan
sehingga pertambahan
panjangnya
dapat diukur selama pengujian. Pengujian dilakukan dengan menarik batang uji perlahan- lahan sampai patah, sementara beban dan jarak
panjang ukur dimonitor secara kontinyu. Contoh hasil pengujian
ini adalah
kurva
tegangan-regangan seperti yang dapat dilihat
pada gambar 2.4
Hasil uji tarik dapat ditampilkan
dalam bentuk kurva “Tegangan-regangan”.
Dimana
¾ Tegangan (σ) didefinisikan
sebagai beban per
satuan luas dan untuk
spesimen
uji tarik dirumuskan sebagai berikut :
σ = P Ao
(2. 1)
Dimana P adalah beban yang
bekerja sedangkan Ao
adalah luas penampang
spesimen. Satuan untuk tegangan
adalah Psi atau Pa.
¾
Regangan adalah perubahan panjang per satuan
panjang dan dapat
dihitung sebagai
berikut :
ε = l − lo
lo
(2. 2)
Dimana lo adalah panjang
awal
sedangkan l
adalah panjang
spesimen
setelah mendapat beban P.
Gambar 2.3 Spesimen uji tarik
Gambar 4 Kurva tegangan-regangan hasil uji tarik, (a) baja karbon rendah, (b) baja karbon tinggi
(annealed).
Sifat-sifat material
yang dapat ditentukan dari uji tarik adalah : Modulus elastisitas
Titik pl pada gambar
2.4 menunjukkan
batas “proporsional” dimana
dibawah titik
itu tegangan
sebanding dengan regangan. Sifat proporsional ini dapat
diformulasikan dengan hukum Hooke :
E = σ ε
(2. 3)
E adalah
kemiringan
kurva tegangan-regangan sampai batas
proporsional
dan
disebut sebagai Modulus Elastisitas material
atau Modulus Young. E adalah
merupakan ukuran kekakuan material pada batas elastisnya.
Batas elastis (elastic limit)
Titik el pada
gambar 2.2a
adalah batas elastis,
atau titik dimana bila
batas ini terlewati, material akan mengalami perubahan permanen atau deformasi
plastis. Batas
elastis ini
juga merupakan tanda
batas daerah
perilaku elastis
dengan daerah perilaku plastis.
Kekuatan luluh (Yield Strength)
Pada titik y, material mulai mengalami luluh dan laju deformasinya meningkat. Titik ini disebut
titik
luluh
(yield point) dan nilai tegangan
pada
titik ini didefinisikan sebagai
kekuatan luluh material (Sy).
Untuk material
yang
tidak
mempunyai
titik luluh
yang
jelas, kekuatan tariknya
harus didefinisikan
dengan
menggunakan garis
offset. Garis offset ini digambar paralel dengan kurva elastis dan di-offset sejauh 0,2% dari regangan total pada sumbu regangan.
Kekuatan tarik ultimat (Ultimate Tensile Strength)
Tegangan pada kurva
tegangan-regangan akan terus meningkat sampai mencapai puncak atau nilai kekuatan tarik ultimat
(Sut) pada titik u. Pada gambar
2.4 terdapat
dua
kurva
pada
masing-masing
gambar.
Kedua
kurva ini adalah
kurva tegangan-regangan teknik (engineering stress-strain curve) dan kurva tegangan-regangan sebenarnya (true stress-strain
curve). Pada kurva tegangan-
regangan teknik, perhitungan tegangan
dan regangan dilakukan dengan menggunakan luas penampang awal ,Ao, dan panjang ukur awal,lo, sedangkan pada kurva tegangan-regangan
sebenarnya perhitungan dilakukan dengan
memperhitungkan perubahan luas penampang dan panjang sebenarnya.
Keuletan dan kegetasan
¾ Keuletan
(ductility)
adalah
sifat material yang
didefinisikan sebagai kecenderungan material untuk mengalami deformasi
secara signifikan sebelum patah. Adapun ukuran keuletan suatu material diukur
dengan menggunakan persen
perpanjangan sebelum patah atau persen pengurangan
luas sebelum patah. Material dengan perpanjangan
lebih dari 5% pada saat patah dianggap sebagai
material ulet.
¾
Kegetasan adalah
sifat material yang didefinisikan
sebagai ukuran
tidak adanya deformasi sebelum
patah. Contoh bentuk patahan
spesimen untuk material ulet dan getas
ditunjukkan pada gambar 2.5.
(a)
(b)
Gambar 2.5 (a) Spesimen baja ulet setelah patah, (b) Spesimen besi cor getas setelah patah
Uji Tekan dan Compression
Strength
Uji tekan dilakukan dengan memberikan beban tekan kepada spesimen yang merupakan silinder dengan diameter konstan. Untuk
material
ulet,
sangat
sulit
memperoleh kurva
tegangan-regangan dari pengujian ini karena material ulet tidak akan patah bila ditekan. Kebanyakan material
ulet mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan
kekuatan tariknya. Material yang mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang sama disebut
sebagai even material. Umumnya material getas
mempunyai kekuatan tarik
dan
kekuatan
tekan
yang berbeda sehingga
tergolong
dalam
jenis
uneven material.
Jadi untuk material
getas, uji tekan sangat diperlukan
untuk mendapatkan kurva tegangan-
regangan yang lengkap. Contoh bentuk akhir uji tekan untuk material getas dan ulet ditunjukkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Spesimen uji tekan setelah patah, (a) baja ulet, (b) besi cor getas
Uji Tekuk dan Flexural Strength
Uji bending biasanya dilakukan untuk menentukan flexural strength
komponen. Pengujian ini dilakukan dengan
menumpu batang dengan tumpuan sederhana dan kemudian membebani batang tersebut
secara transversal pada bagian tengahnya. Bila materialnya
ulet, kegagalan yang terjadi berupa luluh sedangkan bila materialnya getas kegagalannya
adalah berupa patahan.
Gambar 2.7 menunjukkan contoh hasil akhir uji bending.
Gambar 2.7 Spesimen uji tekuk setelah gagal, (a) baja ulet, (b) baja karbon getas
Uji Puntir Shear Strength
Uji puntir dilakukan
untuk
mengetahui
sifat geseran
pada material.
Uji puntir biasanya
diperlukan untuk komponen yang beban utamanya adalah beban puntir. Bentuk spesimen uji puntir ini
tidak
jauh berbeda dengan
bentuk
spesimen uji tarik. Gambar 2.8 menunjukkan contoh hasil akhir uji puntir.
Gambar 2.8 Spesimen uji puntir setelah gagal, (a) baja ulet, (b) besi cor getas.
Sifat-sifat mekanik dapat ditentukan dengan uji tarik adalah sebagai berikut
: Modulus kekakuan geser (Modulus of Rigidity)
Persamaan tegangan-regangan untuk puntiran murni didefinisikan
sebagai berikut:
τ = Grθ
lo
(2. 4)
Dimana τ adalah tegangan geser, r adalah radius spesimen, lo adalah panjang ukur, θ adalah
puntiran sudut dalam radian, dan G adalah
modulus
kekakuan geser. Hubungan G dengan
modulus
Young
dan
rasio Poisson’s dinyatakan
sebagai berikut :
G = E
2 (1+ν )
(2. 5)
Rasio Poisson’s
(υ) adalah perbandingan
antara regangan arah lateral
dengan regangan longitudinal.
Tabel 2.1 Rasio Poisson, υ untuk beberapa material logam
Material
|
υ
|
Aluminium
|
0,34
|
Tembaga
|
0,35
|
Besi
|
0,28
|
Baja
|
0,28
|
Magnesium
|
0,33
|
Titanium
|
0,34
|
Kekuatan geser ultimat (Ultimate shear strength)
Tegangan ketika spesimen uji putus disebut kekuatan geser ultimat atau modulus of rupture (Sus).
Sus
= Tr
J
(2. 6)
Dimana T adalah
torsi yang diperlukan untuk memutuskan spesimen, r adalah radius spesimen, dan
J adalah inersia polar
penampang
spesimen.
Bila data
kekuatan geser
ultimat
tidak ada, dapat
digunakan pendekatan sebagai berikut
[norton] :
Baja
Logam ulet lainnya
Sus ≅ 0,80Sut
Sus ≅ 0,75Sut
(2. 7)
Adapun hubungan kekuatan luluh
geser dengan kekuatan luluh tarik adalah
sebagai berikut:
Ssy ≅ 0,58Sy
(2. 8)
Uji Keras dan Hardness
Uji keras dilakukan untuk
mendapatkan
sifat
kekerasan material. Kekerasan biasanya dapat dinyatakan dalam tiga skala yaitu Brinell, Rockwell,
atau
Vickers. Perbedaan utama dari ketiga skala ini adalah
pada beban dan indentor yang digunakan dalam pengukurannya. Masing-masing skala ini mempunyai kelebihan dimana Vickers
hanya butuh
satu setup pengujian untuk semua material, Rockwell akan memberikan kesalahan operator yang lebih kecil karena tidak perlu
mikroskop, sedangkan Brinell dapat dengan
mudah dikonversikan kedalam
kekuatan tarik ultimate-nya.
Sut ≅ 500HB ±
30HB
Sut ≅ 3, 45HB ±
0,2HB
psi
MPa
(2. 9)
Tabel 2.2 Nilai aproksimasi kekerasan equivalen dan kekuatan tarik ultimat untuk baja
Uji Lelah dan Endurance
Limit
Dalam aplikasi
nyata, banyak sekali komponen mesin yang mengalami pembebanan
yang bervariasi terhadap
waktu baik besar maupun arahnya. Beban seperti ini
disebut beban dinamik. Beban dinamik
yang bekerja bolak-balik
atau berfluktuasi dapat menimbulkan
kegagalan lelah
(fatigue). Sifat
mekanik
material sehubungan
dengan
fenomena
ini adalah kekuatan
lelah
(fatigue
strength). Kekuatan
lelah
dapat ditentukan dengan melakukan uji lelah, menggunakan mesin R.R. Moore. Gambar 2.9 menunjukkan set-up uji lelah dan beban bolak-balik
yang dialami spesimen uji.
Gambar 2.9 (a) mesin uji lelah R.R. Moore, (b) Beban dinamik bolak-balik yang dialami spesimen
Hasil uji lelah material dapat ditampilkan dalam bentuk
diagram S-N yang menyatakan hubungan tegangan dengan jumlah siklus.
Gambar 2.10 Diagram S-N hasil uji lelah untuk material baja
Uji impak
dan Impact
Resistance
Salah satu kondisi pembebanan yang terjadi pada komponen mesin adalah beban impak dan pada
kondisi
ini kapasitas penyerapan energi sangatlah penting. Energi yang dimaksud adalah
strain energy,
atau
daerah di bawah
kurva tegangan-regangan
sedangkan resilience dan toughness adalah fungsi dari luas daerah ini.
Ada dua metode uji
impak yang umum digunakan yaitu metode Izod dan metode Charpy. Kedua metode ini menggunakan
spesimen
yang
ditakik dan
pendulum
sebagai
pemukulnya. Perbedaan terletak pada posisi spesimen dan titik kontak pendulum dengan
spesimen.
Resilience
Kemampuan material untuk menyerap energi
tanpa deformasi permanen disebut resilience, UR
atau disebut juga modulus of resilience dan besarnya
proporsional dengan luas dibawah kurva tegangan-regangan sampai batas elastisnya.
UR = 0,5Sel εel
S S2
= 0,5Sel
el
=
0,5 el
E
E
(2. 10)
Toughness
2
|
2 E
Kemampuan
material untuk
menyerap energi tanpa
patah
disebut
sebagai
toughness, UT, dan besarnya proporsional dengan luas dibawah kurva tegangan-
regangan sampai ke titik patahnya.
Sut
UT = ∫0
σ
dε
(2. 11)
⎛ Sy
+ Sut ⎞
= ε
⎜ 2 ⎟ f
⎝ ⎠
Material ulet dengan
kekuatan
tarik ultimate yang sama dengan
material
getas,
akan mempunyai toughness yang lebih tinggi dari material getas.
Fracture toughness, Kc
Fracture toughness adalah sifat material
yang
menunjukkan
kemampuannya untuk menghambat laju
perambatan ujung retak. Pengaruh dari
retak terhadap tegangan lokal
dinyatakan dengan
faktor intensitas
tegangan (stress
intensisty
factor), K. Bila nilai K melebih Kc, kegagalan akan terjadi tanpa peringatan.
Sifat-sifat Umum Material Logam
Besi Cor (Cast Iron)
Besi cor putih (white cast iron)
Besi cor putih ini bersifat sangat keras dan juga getas. Besi cor ini sulit di-mesin dan penggunaannnya sangat terbatas
seperti untuk lining pada mixer semen dimana kekerasannya sangat diperlukan.
Besi cor kelabu (grey cast iron)
Besi cor jenis ini paling
banyak digunakan.
Jenisnya
bervariasi
dan diklasifikasikan berdasarkan kekuatannya.
Penggunaannya diantaranya adalah untuk rangka meisn, blok
mesin, teromol
rem dan sebagainya.
Malleable cast iron
Besi cor ini
mempunyai kekuatan tarik yang lebih tinggi dibanding besi cor kelabu dan banyak
digunakan untuk komponen
mesin yang menerima
tegangan lentur.
Nodular cast iron
Kekuatannya paling
tinggi
diantara besi
cor. Besi cor ini lebih tangguh, lebih kuat, lebih ulet, dan lebih
tidak
berpori
dibanding besi cor
kelabu. Material
ini biasa digunakan
untuk
komponen yang
menerima beban fatigue seperti piston, poros engkol, dan cam.
Baja Cor (Cast Steel)
Komposisi kimia baja cor ini sama dengan wrought steel tetapi sifat-sifat mekaniknya lebih rendah daripada wrought steel. Kelebihan baja ini adalah mudah diproses
dengan sand casting dan investment casting.
Wrought Steel
Kata “wrought” berarti manipulasi bentuk
material dilakukan tanpa
melelehkannya. Ada dua macam proses yang biasa dilakukan yaitu hot rolling dan cold rolling.
Hot-rolled steel
Material ini
dibuat dengan melewatkan
billet baja panas pada beberapa roller yang akan mengubah
bentuknya menjadi
I-beam,
channel section, pelat,
lembaran,
kotak, tube, dan sebagainya. Baja jenis ini
banyak digunakan
untuk
rangka struktur, dan komponen-komponen mesin yang memerlukan proses pemesinan
lainnya.
Cold rolled steel
Baja ini dibuat dari billet atau bentuk hasil hot rolling, dengan melewatkannya melewati roller pada
temperatur kamar. Hasil proses ini biasanya
adalah berupa pelat, lembaran, tube, serta batang berpenampang lingkaran atau persegi.
Aluminium
Wrought Aluminum Alloys
Paduan aluminium jenis ini tersedia dalam bentuk I-beam, channel, batang, lembaran,
tube, dan batang berpenampang lingkaran, dan bersudut.
Adapun kurva
tegangan-regangan
paduan aluminium yang umum
digunakan dan kekuatan
tariknya dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Cast Aluminum Alloys
Paduan aluminium jenis ini berbeda formulasinya
dengan wrought alloy. Penggunaanya lebih dikhususkan untuk diproses dengan pengecoran.
Titanium
Titanium mempunyai beberapa
kelebihan
dibanding material lain yaitu
ringan, sangat
kuat, nonmagnetik, tahan korosi,
dan dapat digunakan
pada temperatur tinggi (sampai
750°C). Adapun kekurangannya
adalah mahalnya harga
titanium
bila
dibandingkan dengan baja dan aluminium.
Magnesium
Logam ini adalah yang
paling
ringan diantara logam
komersial yang ada
tetapi relatif lemah. Sifatnya
sangat mudah dicor dan di-mesin tetapi lebih getas daripada aluminium.
Selain itu logam ini
juga mempunyai ketahanan korosi yang cukup baik, paling aktif dalam skala galvanis, dan sangat mudak terbakar.
Paduan Tembaga
Tembaga murni mempunyai sifat sangat lunak, lemah dan mudah dibengkokkan. Penggunaannya diantaranya
adalah untuk pipa, konduktor dan motor.
Paduannya yang paling banyak
digunakan
adalah kuningan
(brass)
dan perunggu
(bronze). Kuningan adalah paduan tembaga dengan zinc
sedangkan perunggu pada dasarnya
adalah paduan tembaga dengan timah. Namun saat ini perunggu juga
terdiri dari beberapa
jenis yaitu silicon bronze, beryllium bronze, dan
Phospor bronze.
Standard Penomoran Baja
Penomoran baja
telah dilakukan
oleh beberapa organisasi
profesi seperti
ASTM, AISI,
dan SAE. Dua angka pertama pada nomor baja biasanya adalah jenis baja berdasarkan
paduan yang terkandung didalamnya.
Misalnya 10xx adalah baja
karbon biasa sedangkan
11xx adalah baja kabon dengan
sulfur. Adapun
dua
angka berikutnya
biasanya menunjukkan kadar kandungan paduannya.
Tabel 2.3 Penomoran baja paduan menurut AISI/SAE
Gambar 2.11 Kurva tegangan-regangan tarik tiga jenis baja paduan
Sifat-sifat Umum Material Non-logam
Penggunaan bahan non-logam mengalami peningkatan dalam jangka waktu 50
tahun terakhir. Keuntungan
penggunaan bahan non-logam
ini adalah
bobotnya
yang ringan, tahan korosi, tahan temperatur tinggi, mudah dibuat dan
sifat dielektriknya
bagus. Secara garis besar ada tiga macam bahan non-logam
yaitu polimer, keramik, dan komposit.
Polimer
Polimer adalah
molekul
rantai
panjang
dari bahan
organik atau campuran berbasis karbon. Polimer ini terdiri atas dua macam yaitu thermoplastic dan
thermosets. Bahan thermoplastic mudah dicetak dan akan
mencair
kembali jika
dipanaskan. Adapun material thermoset akan mengalami ikatan silang pada saat pertama kali dipanaskan dan akan terbakar
bila dipanaskan ulang.
Keramik
Keramik yang digunakan dalam dunia teknik adalah merupakan campuran unsur logam dan non-logam. Keramik ini dapat berupa oksida logam tunggal, campuran oksida logam, karbida,
nitrida, borida,
dan bahan lain
seperti Al2O3, MgO, SiC,
dan Si3N4. Sifat-sifat
utama keramik
adalah
kekerasan
yang
tinggi, sangat
getas,
tahan
temperatur
tinggi, punya ketahanan kimia yang
tinggi, kekuatan tekan yang tinggi, kekuatan dielektrik yang tinggi, serta harga dan bobot yang rendah.
Gambar 2.12 Kurva tegangan-regangan tarik tiga jenis polimer
termoplastik
Tabel 2.1 Jenis-jenis polimer
Termoplastik
|
Termoset
|
Cellulosics
|
Aminos
|
Ethylenics
|
Elastomers
|
Polyamides
|
Epoxies
|
Polyacetals
|
Phenolics
|
Polycabonates
|
Polyesters
|
Polyphenyline oxides
|
Silicones
|
Polysulfanes
|
Urethanes
|
Komposit
Komposit pada dasarnya adalah gabungan bahan-bahan
yang berbeda dalam skala
makro. Adapun contoh komposit alami yang ada di alam adalah kayu yang merupakan
gabungan serat
selulosa didalam matriks lignin. Komposit buatan manusia biasanya merupakan gabungan antara material serat yang kuat seperti serat kaca,
karbon
atau boron yang
digabungkan dalam matriks resin seperti
epoxy
atau polimer.
Kelebihan
komposit adalah
sifatnya
yang dapat diatur.
Salah
satu cara pengaturan sifat
pada material komposit adalah dengan mengubah
arah orientasi, susunan,
dan sudut material
penyusunnya.
Proses Pembentukan Mekanik
Pengerjaan dingin (Cold working)
Proses ini
dilakukan dengan
memproses logam dengan
proses mekanis
seperti rolling, pada temperatur ruangan.
Pemrosesan seperti ini akan
meningkatkan
kekuatan dan kekerasan material karena terjadi
proses strain hardening.
Gambar 2.13 Strain hardening pada logam ulet akibat pengerjaan dingin
Pengerjaan panas (Hot working)
Proses
ini dilakukan dengan
melakukan
pengerjaan mekanis pada temperatur diatas
temperatur kristalisasinya. Hasil
dari
proses ini adalah
logam dengan keuletan yang tinggi dan kekuatan
yang lebih rendah daripada hasil pengerjaan dingin.
Penempaan (Forging)
Proses
ini dilakukan dengan melakukan serangkaian penempaan
pada
logam yang panas sampai terjadi bentuk akhir komponen yang
diinginkan.
Proses
ini hanya bisa dilakukan pada logam yang ulet. Kelebihan proses ini
adalah kekuatan
komponen hasil tempaan lebih kuat dari
hasil pengecoran ataupun
pemesinan karena orientasi butir mendekati bentuk komponen yang bersangkutan.
Gambar 2.14 Poros engkol hasil penempaan untuk mesin truk diesel.
Ekstrusi
Proses ini
biasanya dilakukan
pada logam nonferrous
khususnya aluminium.
Proses ini
dilakukan dengan memanaskan billet
dari
komponen yang akan di- ekstrusi dan kemudian melewatkannya melalui cetakan
pada mesin ekstrusi.
Gambar 2.15 Hasil proses ekstrusi
Proses Perlakuan
panas (Heat treatment)
Kekerasan dan
karateristik lain dari kebanyakan
baja dan beberapa
logam
nonferrous
dapat diubah dengan perlakuan panas. Ada beberapa macam pelakuan panas yang biasa dilakukan:
Quenching
Proses quenching
pada dasarnya
adalah proses pendinginan
cepat
yang dilakukan
pada logam yang telah
dipanaskan diatas
temperatur
kritisnya.
Pada baja karbon sedang
atau tinggi proses ini akan menghasilkan fasa yang disebut martensit yang sangat kuat dan getas.
Tempering
Proses
ini biasanya merupakan lanjutan dari proses quenching
dan
bertujuan untuk mengurangi kegetasan material
hasil quenching.
Proses ini dilakukan
dengan memanaskan material yang sudah di-quench
pada temperatur
di bawah temperatur
kritisnya
selama rentang
waktu tertentu dan kemudian
didinginkan secara perlahan.
Annealing
Proses ini merupakan kebalikan proses quenching dan
tempering. Proses ini dilakukan dengan memanaskan baja diatas tempertur kritisnya dan kemudian
didinginkan perlahan-lahan. Hasil proses ini adalah baja dengan sifat yang sama dengan sebelum
dilakukan pengerasan.
Normalizing
Pada dasarnya
normalizing
ini sama
dengan annealing.
Perbedaannya
terletak pada waktu pemanasan
yang lebih pendek dan laju pendinginan yang lebih cepat. Hasilnya adalah
baja yang lebih
kuat dan lebih
keras dari baja yang
di-anneal
secara penuh tetapi lebih mendekati sifat
kondisi yang di-anneal daripada dengan yang di-temper.
Gambar 2.16 Kurva tegangan-regangan untuk baja yang di-quench, di-anneal,
dan di-temper
Proses Perlakuan
permukaan (Surface treatment)
Dalam beberapa penggunaan
material, sering diperlukan material yang
tidak seragam
sifatnya. Misalnya pada
roda
gigi dimana
permukaannya diharapkan
keras
untuk
mengurangi gesekan dan aus, sedangkan
bagian dalamnya
diharapkan
ulet agar lebih tahan terhadap beban dinamik
dan impak. Beberapa
jenis perlakuan
permukaan
yang umum
dilakukan adalah
sebagai berikut :
Carburizing
Proses ini
dilakukan dengan
memanaskan baja
karbon rendah di
dalam lingkungan gas monoksida, sehingga baja akan menyerap karbon dari gas CO. Nitriding
Proses ini dilakukan dengan memanaskan baja karon rendah
di dalam lingkungan gas Nitrogen
sehingga terbentuk lapisan besi
nitrida
yang keras pada permukaannya.
Cyaniding
Proses
ini dilakukan
dengan
memanaskan
komponen
yang akan
diproses,
ke dalam
larutan
garam
sianida dengan temperatur
sekitar
800°C
sehingga baja karbon rendah
akan membentuk lapisan karbida dan nitrida.
Flame hardening
Proses
flame
hardening dan
induction hardening biasa dilakukan pada baja karbon sedang atau
tinggi. Flame hardening dilakukan dengan memanaskan
permukaan yang akan dikeraskan dengan nyala api
oxyacetylene yang dilanjutkan
dengan semprotan air untuk quenching.
Induction hardening
Proses ini prinsipnya
sama dengan flame hardening
tetapi pemanasannya tidak
dilakukan dengan menggunakan nyala api tetapi dengan
menggunakan kumparan
listrik.
Proses Pelapisan
Galvanic action
Proses ini dilakukan
dengan menghubungkan dua logam yang berbeda potensial
elektrolisisnya
sehingga logam yang
satu akan
terurai sedangkan logam yang
lain akan
terlindungi.
Proses ini
biasanya dilakukan
untuk melindungi
logam
dari korosi.
Electroplatting
Pada dasarnya proses ini
dilakukan dengan
membuat
sel galvanis dimana komponen yang akan dilapisi menjadi
katoda sedangkan material pelapis menjadi anoda. Kedua logam
ini dicelupkan
dalam larutan
elektrolit dan arus DC diberikan dari anoda ke katoda.
Electroless platting
Pelapisan jenis
ini dilakukan
tanpa arus listrik dan juga tanpa anoda.
Prosesnya dilakukan dengan
mencelupkan substrat
Tabel 2.5
Urutan galvanis
logam didalam air laut
2-18
yang akan dilapisi pada larutan
elektrolit. Substrat ini bertindak sebagai katalis yang akan memulai reaksi sehingga
ion pelapis (biasanya nikel) akan melapisi substrat. Anodizing
Proses ini dilakukan dengan membantuk senyawa
oksida
pada
permukaan
benda kerja sehingga oksidasi
akibat oksigen dari atmosfer tidak akan terjadi. Proses ini biasanya dilakukan pada aluminium, magnesium, zinc, dan titanium.
Plasma-sprayed coating
Proses ini
dilakukan dengan menyemprotkan pelapis dengan temperatur yang sangat tinggi sehingga terbentuk lapisan keramik yang sangat keras
pada permukaan
material.
Pelapisan kimia
Proses ini pada dasarnya adalah proses pengecatan lapisan pelindung pada komponen yang
akan dilapisi. Bahan
pelindung disesuaikan
dengan
kondisi lingkungan dan material yang akan dilapisi.
Parameter-parameter
Pemilihan Material Dalam Perancangan
Sifat-sifat material akan membatasi performansi dan umur dari elemen-elemn mesin. Performansi dan umur ini biasanya tidak hanya tergantung pada satu sifat material. Untuk itu, diperlukan kombinasi
dari beberapa sifat yang ada. Beberapa kombinasi
sifat yang penting adalah :
1. Kekakuan versus densitas (E dan ρ)
2. Kekuatan versus densitas (S dan ρ)
3. Kekakuan versus kekuatan (E dan S)
4. Laju keausan versus tekanan batas (KA dan pi)
Kekakuan versus densitas
Modulus elastisitas dan
densitas merupakan sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material solid. Gambar 2.17
menunjukkan
rentang
penuh
dari modulus
elastisitas dan densitas untuk material teknik yang umum digunakan. Data untuk material yang tergolong dalam satu kelas digolongkan dalam daerah yang dibatasi dengan garis penuh.
Diagram pada gambar 2.17 ini
sangat membantu dalam pemilihan
material untuk
pemakaian yang mana berat material harus diminimalisir. Sebagai contoh, suatu batang tarik yang akan diminimalisir beratnya
dalam
keadaan
ditumpu dan
regangannya tidak
boleh melebihi nilai kritisnya, εcr. Dengan menggunakan hukum
Hooke dan persamaan tegangan, σ = P/A, diperoleh persamaan berikut :
A = P / Eεcr
dan berat elemen batang tersebut adalah :
W = Al ρ
dengan mensubstitusikan persamaan 2.12 ke persamaan di atas diperoleh :
(2. 12)
|
⎝ εcr ⎠ ⎝ E / ρ ⎠
(2. 13)
Pada persamaan 2.13 diketahui bahwa suku pada kurung kedua merupakan fungsi
dari sifat-sifat material.
Dengan memaksimalkan suku pada kurung kedua, maka
beratnya akan diminimalisir.
Pada gambar 2.17
garis referensi menunjukkan desain berat
minimum dengan syarat batas regangan pada kondisi
berikut :
E/ρ = C
Rancangan beban minimum untuk batang tarik kaku E1/2/ρ = C Rancangan biaya minimum untuk kolom atau beam kaku E1/3/ρ = C Rancangan biaya minimum untuk pelat kaku
(E/ρ)1/2 = C wave speed in material
Contoh soal 2.1 :
Diketahui : Sebuah batang pancing
akan dibuat dari
material yang
akan
memberikan bobot yang kecil dan kekakuan yang tinggi.
Dicari : Dari
gambar 2.17, tentukan mana yang lebih baik, batang yang dibuat dari plastik (tanpa
penguat
fiber) atau
split-cane rod (serat
bambu
yang direkatkan bersama)
Jawaban : Gambar 2.17 menunjukkan bahwa hanya polimer
yang sangat khusus yang mempunyai
modulus elastisitas setinggi serat kayu. Polimer juga biasanya lebih rapat dua atau tiga kali daripada kayu. Jadi split-cane rod
akan memberikan bobot yang lebih rendah untuk kekakuan yang diberikan untuk semua plastik.
Gambar 2.17 Modulus elastisitas vs densitas
Kekuatan versus densitas
Berat dapat ditunjukkan oleh densitas.
Sedangkan kekuatan memiliki arti yang berbeda untuk jenis material solid yang berbeda.
Untuk
logam dan
polimer,
kekuatan
yang dimaksud adalah kekuatan luluhnya yang biasanya nilainya sama baik untuk tarik maupun tekan. Untuk keramik
yang getas,
kekuatan yang dimaksud adalah crushing strength
akibat tekanan, bukan akibat tarik. Untuk elastomer, kekuatan yang dimaksud adalah tear strength dan
untuk komposit kekuatan yang dimaksud adalah tensile failure strength.
Gambar 2.21 sangat
berguna untuk memperkirakan
material yang optimum berdasarkan kekuatan dimana deformasi akibat beban yang diterima
tidak dipermasalahkan.
Pemilihan
dilakukan
dengan memilih
garis referensi
dan
yang
paling
jauh
dari
garis ini berarti material ini superior. Adapun kondisi yang berhubungan
dengan garis referensi ini adalah:
σ/ρ = C elemen tarik
σ2/3/ρ = C beam dan poros
σ1/2/ρ = C pelat
Contoh soal 2.2 :
Diketahui :
Batang pancing pada contoh
soal 2.1 dibuat dalam bentuk tube tirus dengan tebal dinding tertentu
yang terdistribusi sepanjang batang.
Dicari
: Material
yang sesuai sehingga
diperoleh batang yang paling kuat dengan berat seperti yang ditentukan.
Jawaban : Gambar
2.18 menunjukkan bahwa material yang paling
kuat adalah intan
dan silikon karbida
serta keramik
lainnya. Material
tersebut sangat mahal untuk digunakan sebagai bahan batang pancing. Sehingga
yang paling sesuai adalah carbon
fiber reinforced
plastic
atau plastik yang diperkuat serat kaca (glass fiber
reinforced plastic)
yang
mempunyai kekuatan
800 sampai
1000 Mpa untuk densitas sebesar 1500 kg/m3.
Gambar 2.18 Kekuatan vs densitas
Kekakuan versus kekuatan
Gambar 2.19
menunjukkan
hubungan modulus elastisitas dengan
kekuatan. Garis referensi pada gambar tersebut
sangat berguna untuk keadaan berikut :
S/E = C Perancangan seal dan engsel
S3/2/E = C Komponen elastis seperti diafragma
S2/E = C Penyimpan energi elastis per volume
Contoh Soal 2.3 :
Gambar 2.19 Modulus elastisitas vs kekuatan
Diketahui :
Pegas pada suspensi
mobil dapat dibuat dari karet, baja, dan palstik yang diperkuat serta
karbon.
Geometri
untuk pegas
suspensi yang
berbeda sangat berbeda satu sama lain
tergantung dari deformasi elastis yang diperbolehkan.
Cari : Regangan elastis maksimum
pada tiga jenis pegas jika karet yang digunakan adalah jenis
polyurethane
(PU), kekuatan
baja 1 Gpa, dan plastik berserat
karbon yang digunakan adalah satu lapis (uniply).
Jawaban : Dari gambar 2.19 diketahui bahwa karet PU mempunyai kekuatan 30 Mpa, dan modulus elastisitas 0,05 Gpa. Regangan elastis maksimumnya adalah :
|
⎝ E ⎠karet
50
Adapun untuk baja dan plastik berserat karbon adalah sebagai berikut :
|
⎝ E ⎠baja
205
|
⎝ E ⎠plastik
200
Karet mempunyai regangan elastis maksimum sebesar 60%, sementara baja dan plastik berserat
karbon mempunyai
regangan elastis maksimum sebesar
0,5%. Dari gambar 2.22 juga diketahui bahwa pegas baja akan lima kali lebih berat
dari pegas plastik berserat karbon.
Laju keausan versus
tekanan batas
Keausan menimbulkan serangkaian
masalah baru dalam pemilihan material padat.
Jika
material tidak dilumasi,
geseran akan terjadi, dan bila salah satu permukaan geseknya adalah baja, laju keausan didefinisikan dengan persamaan berikut :
Volume material yang terkikis
Wr =
Jarak geser
(2. 14)
Dalam satuan SI, laju
keausan tersebut adalah
dalam meter persegi.
Dalam
kondisi tekanan batas, pl, yang rendah dapat dinyatakan sebagai
berikut :
keterangan :
Wr =
K A Apl
(2. 15)
KA
|
=
|
Konstanta keausan Archard, (Pa-1)
|
A
pl
|
=
=
|
Luas kontak, m2
Tekanan batas, Pa
|
Contoh soal 2.4 :
Diketahui :
Sebuah slider
yang terbuat dari teflon (polytetrafluoroethylene) berkontak
dengan baja karbon tinggi. Jarak gesernya adalah 300 m,
dan tebal lapisan teflon yang boleh terkikis
adalah 3 mm.
Cari : Seberapa besar permukaan slider
teflon yang
diperlukan sehingga
tidak akan terjadi keausan
berlebih
dan tekanan batas tak akan terlampaui jika bebannya adalah sebesar 10 MN.
Jawaban : Dari gambar 2.23, tekanan batas
untuk teflon diatas beja adalah pl = 8 Mpa, dan konstanta keausan Archard
KA = 2 x 10-13 m2/N.
Wr = K pl = 2 (10−13 )(8)(106 ) = 1, 6 ×10−6
A A
Volume material terkikis adalah sebagai berikut
:
Ath =
Wr ls
Dimana jarak gesernya adalah ls = jarak geser, m.
Wr
= th
A ls
= 0, 003 = 10−5
300
Tekanan dapat dituliskan sebagai
berikut :
⎛ W ⎞ 1 10 −5
p = r =
= 0,5 ×108 Pa = 50 MPa
⎜ A ⎟ K
2 ×10−13
⎝ ⎠ A
Karena p>>pl, tekanan batas digunakan untuk menghitung ukuran slider.
|
107
107
∴ A = = = 1,25 m2
|
Luas permukaan harus
sebesar
1,25 m2 untuk menghindari
tegangan kompresif yang terlalu
besar.
Untuk
kondisi ini, kedalaman aus adalah sebesar 0,48 mm.
Gambar 2.2 Laju keausan vs tekanan batas
Modulus Young versus harga relatif
Dalam praktek, proses perancangan
juga harus melibatkan perkiraan harga dari sebuah rancangan. Garis refernsi pada gambar 2.24 berguna untuk kondisi berikut :
E/CRρ = C
Rancangan biaya minimum untuk batang tarik kaku E1/2/CRρ = C Rancangan biaya minimum untuk kolom atau beam kaku E1/3/CRρ = C Rancangan biaya minimum untuk pelat kaku
2.3 Modulus elastisitas vs harga relatif
dikalikan densitas
Tabel Sifat-Sifat Mekanik Material
Tabel Sifat Mekanik & Fisik beberapa
material teknik
Gambar
Tabel sifat-sifat mekanik
wrought-aluminium alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
cast-aluminium alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
wrought dan cast-aluminium alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
titanium alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
magnesium alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
cast iron alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
stainless steel alloys
Tabel sifat-sifat mekanik
engineering plastics
Tabel sifat-sifat mekanik
baja karbon
2-32
Tabel sifat-sifat mekanik
baja paduan dan baja perkakas
(tool steels)
Soal-soal Latihan
1. Mana dari paduan-paduan baja pada
gambar
2.17
yang akan
anda
pilih
untuk memperoleh :
a. Kekuatan
maksimum
b. Modulus of resilience maksimum c. Modulus of toughness maksimum d. Kekakuan maksimum
2. Suatu logam mempunyai kekuatan 41,2 kpsi (284 MPa) pada batas elastisnya
dan regangan
pada titik tersebut
adalah 0,004. Berapa
modulus elastisitasnya? Berapa
strain energy pada batas
elastisnya? Tentukan jenis material
tersebut dari data-data
yang diberikan?
3. Suatu
baja mempunyai kekuatan
luluh 100 kpsi (689 MPa) pada garis offset 0,6%
regangan. Berapa
modulus of resilience-nya?
4. Kekerasan
Brinell suatu spesimen
baja adalah
sebesar 250 HB. Berapa
kekuatan tarik
aproksimasi material
tersebut? Berapa
kekerasannya dalam skala Vickers? Berapa kekerasannya dalam skala Rockwell?
5. Apakah
unsur paduan
utama dari baja AISI 4340? Berapa kandungan
karbonnya?
Apakah baja tersebut dapat dikeraskan? Bila iya,
dengan
menggunakan metode apa?
6. Hitung kekuatan spesifik dan kekakuan spesifik
dari material berikut ini dan pilih salah satunya untuk rangka sayap pesawat?
a. Baja Sut = 80 kpsi (552 Mpa)
b. Aluminium
Sut = 60 kpsi (414 Mpa)
c. Titanium Sut = 90 kpsi (621 Mpa)
7. Material biasanya diklasifikasikan berdasarkan
sifat-sifatnya,
cara pembuatannya, dan penggunaannya. Berikan contoh paduan logam biasa yang
tidak menunjukkan ciri-ciri logam pada umumnya dalam penggunaannya!
8. Material yang tangguh, seperti
stainless steel lunak (AISI 316), mempunyai kekuatan luluh Sy = 207 MPa, kekuatan
tarik Su = 552 MPa, dan perpanjangan 60%. Cari rasio ketangguhan
material
terhadap resiliensinya dengan mengasumsikan bahwa kurva
tegangan-regangan terdiri dari dua garis lurus seperti pada gambar dibawah ini.
Su = 207 MPa
Sy = 207 MPa
0,002
0,6 l
9. Berdasarkan persamaan keausan
Archard,
kedalaman
aus proporsional terhadap jarak geser (sliding
distance)
dan
tekanan kontak. Bagaimana distribusi tekanan kontak pada rem cakram jika laju keausan sama pada arah radial?
10. Pada blok rem untuk rem cakram
mobil,
dan
dengan menggunakan konstanta keausan Archard,
tentukan bagaimana keausan terdistribusi pada blok
rem jika tekanan rem konstan
sepanjang blok rem!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar